Peta PBM

Monday, 7 May 2012

Memandang Kubur Yang Kosong


Pdt. Handoyo Santoso | Keb. II Minggu, 23 Maret 2008
Disadur oleh Ev. Hardi Suryadi | Tanggal Terbit : Minggu, 19/04/09

Pagi-pagi benar para perempuan datang ke kubur YESUS untuk merempah-rempahi mayat YESUS. Tetapi yang mereka temukan adalah kubur YESUS yang kosong. Sia-siakah kedatangan mereka?
LUKAS 24 : 1
1 tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.
Arti kata “pagi-pagi benar” dalam ayat di atas menunjukkan sikap hati yang menempatkan TUHAN sebagai prioritas utama di dalam hidup kita. Mau mencari TUHAN dengan kesungguhan hati adalah syarat untuk mengalami kebangkitan bersama dengan KRISTUS. Kelompok pertama yang mencari TUHAN dengan datang ke kubur YESUS pagi-pagi benar justru bukan para rasul, melainkan wanita-wanita. Mereka mewakili gereja TUHAN yang menempatkan TUHAN sebagai yang utama.
Banyak orang yang ingin mengalami kebangkitan bersama YESUS, tetapi ia tidak mencari TUHAN pada “pagi hari” atau tidak mempersiapkan diri untuk dibangkitkan. Buktinya banyak orang yang pergi ke gereja dengan tidak membawa Alkitab. Ada yang mengatakan, bahwa dia membaca Alkitab melalui PDA yang dibawanya. Tetapi ketika Firman disampaikan, bukan Alkitab yang dibuka melainkan ia bermain game! Ada pula yang saat beribadah masih sibuk menjawab telepon. Mungkin mempersiapkan diri dianggap hal sepele buat sebagian orang Kristen. Tetapi jika kita tidak mempersiapkan diri dengan baik, bagaimana mungkin kita dapat mengalami kebangkitan bersama YESUS? Padahal, tanpa bangkit bersama YESUS, sangat mungkin kita meraih kemenangan.
Perempuan-perempuan ini telah melakukan persiapan dengan baik, yaitu mengutamakan TUHAN di dalam hidup mereka. Tetapi mereka masih memiliki tujuan atau arah yang salah di dalam menyambut kebangkitan YESUS. Mengapa? Karena mereka pergi ke kubur YESUS dengan tujuan untuk meminyaki dan merempah-rempahi mayat YESUS, padahal YESUS sudah bangkit.
LUKAS 24 : 2 - 5
2 Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, 3 dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat TUHAN YESUS. 4 Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. 5 Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari DIA yang hidup, di antara orang mati?
Secara logika, bagaimana mungkin perempuan-perempuan yang hendak merempah-rempahi dan meminyaki mayat YESUS dapat masuk ke dalam kubur, mengingat kubur YESUS ditutup oleh batu yang besar? Pikiran mereka sederhana yakni datang ke kubur YESUS untuk merempah-rempahi mayat YESUS. Mereka tidak memikirkan siapa yang akan menggulingkan batu itu. Tetapi setibanya mereka di kubur YESUS, batu tersebut sudah terguling. Lagi-lagi di dalam menyikapi hal ini mereka tidak menanyakan siapa yang telah menggulingkan batu penutup kubur tersebut. Mengapa demikian? Karena pola pikir mereka yang sangat sederhana. Untuk mengalami kebangkitan bersama dengan YESUS tidak diperlukan kepandaian atau keahlian tertentu, yang diperlukan adalah kesederhanaan dan kesiapan untuk menerima kebangkitan.
Sekali pun pola pikir mereka keliru dalam mencari TUHAN, namun mereka memiliki iman yang benar yakni iman kepada YESUS. Karena itu ALLAH membenarkan apa yang menjadi kekeliruan mereka. Buktinya ketika mereka kebingungan karena tidak menemukan mayat YESUS, TUHAN mengirim malaikat-NYA untuk memberikan petunjuk. Ucapan malaikat yang singkat dan jelas membuat para perempuan yang berpola pikir sederhana ini diarahkan TUHAN pada arah yang benar. Tadinya mereka hanya mencari mayat YESUS, tetapi kemudian mereka diarahkan kepada YESUS yang telah bangkit.
LUKAS 24 : 9 - 10
9 Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. 10 Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul.
Sekembalinya dari kubur YESUS, mereka mengalami perubahan sudut pandang tentang YESUS: kini mereka tahu bahwa YESUS telah bangkit. Karena itu mereka dapat menceritakan kepada murid-murid YESUS perihal kebangkitan TUHAN. Orang yang berpola pikir sederhana justru memberikan pengajaran yang benar kepada rasul-rasul tentang kebangkitan TUHAN. Mengapa? Karena mereka memiliki pengalaman bangkit bersama YESUS.
Hal seperti inilah yang seharusnya terjadi di dalam kehidupan semua anak TUHAN. Kita harus memiliki suatu pengalaman dibangkitkan secara pribadi oleh TUHAN dan memiliki kuasa kebangkitan, sehingga orang lain dapat melihatnya di dalam diri kita tanpa kita perlu banyak bicara. Tetapi banyak orang Kristen yang belum mengalami kuasa kebangkitan TUHAN secara pribadi. Anehnya mereka justru gembar-gembor bersaksi tentang TUHAN. Akibatnya kesaksiannya ibarat tong kosong nyaring bunyinya.
Sopir kami yang biasa mengantar dan menjemput anak kami ke sekolah datang kepada saya menceritakan persoalannya. Belum lama ini ia membuat septic tank, tetapi letaknya terlalu dekat dengan sumur tetangga. Akibatnya sumur tetangga menjadi bau kotoran. Karena kesal, si pemilik sumur mengirim santet kepada sopir saya tersebut. Tetapi yang terkena santet adalah anak perempuannya, sehingga anaknya itu kesakitan luar biasa. Sudah diperiksa ke dokter berulang kali, penyakitnya tetap saja tidak terdeteksi. Sopir kami yang belum beriman ini meminta saya agar menolongnya. Mengapa? Karena ia melihat pengalaman yang saya alami yang disertai kuasa kebangkitan. Tanpa perlu menceritakan panjang lebar tentang kuasa ALLAH, ia dapat melihatnya. Saya bertanya kepada TUHAN apa yang harus saya lakukan, sebab dia belum beriman. Saya berdoa, “Kalau ENGKAU menghendaki dia mengenal ENGKAU, pakailah aku untuk membawa dia kepada-MU. Tapi kalau ENGKAU menghendaki dia melihat kuasa kebangkitan, aku mau menjadi saksi-MU.”
Kemudian saya memberikan minyak urapan. Sambil memberikan minyak tersebut saya berkata, nanti kamu oleskan ke anak kamu sambil berdoa seperti ini: “di dalam nama TUHAN-nya bapak Handoyo.” Keesokan harinya ia berkata: “Pak, setelah saya mengoleskan minyak yang bapak kasih, anak saya sembuh sehingga ia dapat tidur dengan nyenyak hingga pagi. Tapi sewaktu saya akan pergi kerja, ia merasa kesakitan kembali. Baru setelah saya oleskan minyak lagi dan ia pun tidak merasa sakit lagi.”
Saya menjawabnya: ”Itu terjadi karena kamu belum memiliki kuasa TUHAN. Tapi kalau kamu percaya dan mau menerima TUHAN yang saya sembah, IA pasti menolong kamu, dan anakmu pasti sembuh untuk seterusnya.”
Jadi saya dapat bersaksi dengan leluasa karena sopir saya itu sebelumnya sudah melihat kuasa kebangkitan TUHAN yang saya alami. Jika orang belum melihat kuasa kebangkitan di dalam diri kita, “kesaksian” panjang lebar tidak akan mampu membawa orang lain kepada YESUS.
LUKAS 24 : 11 - 12
11 Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu. 12 Sungguh pun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi.
Respon para rasul justru tidak percaya atas berita kebangkitan yang telah mereka dengar dari para wanita itu. Kondisi yang sama sering terjadi di dalam hidup orang Kristen. Secara fisik, mereka beribadah kepada ALLAH, namun tidak sungguh-sungguh percaya terhadap Firman TUHAN. Buktinya tidak sedikit yang sering kali mengolok-olok atau tidak mau menerima Firman yang disampaikan dengan sungguh-sungguh. Jika sikap hati kita seperti ini, bagaimana mungkin dapat mengalami kebangkitan bersama YESUS?
Sekalipun Petrus tidak percaya terhadap perkataan para wanita itu, ia tetap bergegas ke kubur YESUS. Tentunya untuk membuktikan kebenaran perkataan mereka. Setibanya di sana, Petrus menemukan kubur itu kosong dan kain kafan yang membungkus mayat YESUS dalam keadaan tergeletak. Setelah itu ia pergi dengan hati yang bertanya-tanya.
Hal ini menggambarkan kehidupan orang Kristen jaman sekarang. Pergi ke gereja, tetapi dengan tujuan yang salah seperti halnya Petrus yang pergi ke kubur YESUS untuk melihat mayat YESUS. Datang ke gereja dengan membawa banyak pertanyaan, dan saat pulang dari gereja justru pertanyaan yang ada di dalam hatinya semakin banyak. Mengapa demikian? Karena mereka tidak berjumpa dengan YESUS pada saat datang ke gereja. Yang mereka temui hanyalah kubur kosong. Kubur kosong membuktikan bahwa YESUS bangkit, tetapi jika kita tidak bertemu dengan YESUS yang bangkit, maka apa pun yang kita kerjakan akan sia-sia. Bukti kebangkitan YESUS memang perlu. Tetapi hal yang lebih penting lagi adalah kita dapat berjumpa dengan YESUS yang hidup, sehingga memiliki pengalaman bangkit bersama dengan YESUS.
Petrus kurang memiliki kerinduan dan keinginan yang kuat untuk bertemu dengan YESUS sehingga ia tidak mempersiapkan dirinya dengan penuh kesungguhan. Itulah sebabnya ia tidak dapat menemukan YESUS secara pribadi dan membuat hatinya penuh dengan banyak pertanyaan yang membingungkan.
YOHANES 20 : 10 - 13
10 Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. 11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat YESUS terbaring. 13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "TUHAN-ku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana IA diletakkan."
Yohanes juga memiliki pikiran yang sama dengan Petrus; keduanya belum mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan YESUS yang telah bangkit. Akibatnya Yohanes juga pergi meninggalkan kubur YESUS yang kosong itu. Tetapi Maria tetap berdiri di depan kubur sambil menangis. Ini menunjukkan kesungguhan Maria di dalam mencari TUHAN. Kesungguhannya juga terlihat ketika ia menangis di bawah salib YESUS. Arti tangisan Maria memiliki arti, bahwa dia sungguh-sungguh mencari TUHAN. Jika belum mendapatkan jawaban dari TUHAN, sikap kita jangan seperti Petrus dan Yohanes yang pergi begitu saja. Ikutilah sikap Maria. Itu sebabnya yang dijumpai oleh malaikat hanya Maria dan perempuan lain yang turut bersamanya. Jadi orang yang memiliki tekad dan kerinduan yang besar untuk bertemu dengan YESUS, ia pasti mendapatkan jawaban dari TUHAN.
Kemudian malaikat tersebut berkata: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Sayangnya Maria memiliki pola pikir yang salah, sehingga dia menangis karena berpikiran mayat YESUS dicuri orang. Sekali lagi kita melihat bahwa kesederhanaan Maria membawa ia kepada pola pikir yang salah. Namun pada akhirnya malaikat TUHAN mengarahkan sudut pandang Maria yang sederhana kepada pola pikir yang benar sesuai dengan kebangkitan TUHANKarena itu, Maria Magdalena sudah bertemu YESUS sejak pagi hari, sedangkan para murid YESUS lainnya baru bertemu dengan YESUS malam harinya. Kesungguhan mencari YESUS membawa kita bertemu dengan DIA sejak awal kehidupan kita, sehingga tak ada lagi ketakutan dalam hidup kita. Kita bukan bertemu DIA di saat detik-detik terakhir, saat ajal menjemput.
YOHANES 20 : 14 - 15
14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat YESUS berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah YESUS. 15 Kata YESUS kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil DIA, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan DIA, supaya aku dapat mengambil-NYA."
Karena kesungguhannya mencari YESUS, Maria bukan hanya bertemu malaikat, melainkan TUHAN YESUS sendiri menemuinya dan berbicara kepadanya. Maria yang menghadap ke kubur menoleh ke belakang untuk melihat YESUS. Dari hal ini kita dapat melihat posisi atau dari mana arah kedatangan TUHAN YESUS pada saat menemui Maria. IA tidak secara tiba-tiba muncul dari dalam kubur, melainkan dari sisi lain (luar kubur). Buktinya Maria menoleh ke belakang untuk dapat melihat YESUS. Ini mengokohkan, bahwa YESUS benar-benar bangkit dan memiliki kuasa kebangkitan. Dan sekaligus memberikan suatu gambaran kepada kita tentang pilihan sudut pandang: memandang dengan sedih ke arah kubur atau dengan penuh sukacita memandang ke arah YESUS yang telah bangkit?
Meskipun sudah melihat YESUS, tetapi Maria tidak tahu bahwa itu adalah YESUS. Artinya, iman tanpa pengertian yang dalam tentang Firman tidak akan membawa kita mengenal YESUS (walau sudah bertemu DIA) seperti yang dialami Maria. Begitu juga Petrus. Pengertian Firman, namun tanpa disertai dengan iman tidak membawanya melihat YESUS yang sudah bangkit. Jadi iman dan pengertian harus sama-sama ada di dalam hidup kita agar dapat melihat YESUS. Tetapi iman jauh lebih penting, sebab setelah seseorang memiliki iman, ia akan bertemu dengan YESUS. DIA akan memberikan pengajaran melalui Firman-NYA secara langsung. Buktinya sekalipun Maria tidak mengenal YESUS yang bangkit, dengan kesabaran-NYA IA mengarahkan Maria kepada pengertian yang benar.
Pertanyaan YESUS, “Siapa yang engkau cari?” mengingatkan kita tentang tujuan kita ke gereja. Adakah kedatangan kita ke gereja hanya untuk mencari keuntungan secara materi, mencari calon pasangan hidup, ataukah kita mencari YESUS yang hidup?
YOHANES 20 : 16 - 17
16 Kata YESUS kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-NYA dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!," artinya Guru. 17 Kata YESUS kepadanya: "Janganlah engkau memegang AKU, sebab AKU belum pergi kepada BAPA, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-KU dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang AKU akan pergi kepada BAPAKU dan BAPA-mu, kepada ALLAHKU dan ALLAH-mu."
Setelah YESUS memanggil, “Maria!” atau memanggil namanya secara pribadi, barulah Maria mengenali YESUS. Mengapa? Karena roh Maria dengan Roh YESUS telah menjadi satu. Hal inilah yang memungkinkan Maria dapat mengenal YESUS. Kalau kita mengenal YESUS secara pribadi, maka DIA akan memanggil nama kita, artinya hubungan kita dengan ALLAH semakin dekat. Keseriusan kita dalam mencari TUHAN akan membuat kita dipanggil TUHAN secara pribadi. Panggilan TUHAN YESUS ini memiliki “logat” yang khas. Karena itu kita akan tahu, bahwa DIA-lah yang memanggil kita. Dengan bersatunya roh Maria dengan Roh YESUS, membuat Maria memiliki “bahasa” yang sama seperti “bahasa” YESUS. Selain itu ketika YESUS memanggil Maria dengan namanya, kuasa kebangkitan YESUS masuk ke dalam Maria.
YOHANES 20 : 18
18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat TUHAN!" dan juga bahwa DIA yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Maria pergi dan berkata kepada murid-murid bahwa ia telah bertemu dengan TUHAN. Jadi orang yang mengalami pengalaman secara pribadi dengan TUHAN, ia pasti akan bersaksi tentang YESUS tanpa ada yang dapat menahannya, dan banyak orang yang akan melihat kebenaran kesaksian tersebut.
Beberapa waktu lalu salah satu anak dari jemaat terjangkit demam berdarah. Oleh karena tidak ada biaya dan sudah dirawat selama tujuh hari di rumah sakit namun tidak ada perubahan, maka anaknya itu dibawa pulang untuk dirawat di rumah. Padahal pada saat itu trombositnya masih di kisaran 30.000/µl (jauh di bawah normal). Kemudian orang tuanya menelpon saya untuk minta didoakan. Dalam doa saya katakan: “Dalam Nama TUHAN YESUS yang telah bangkit, anakmu akan sembuh. Amin.”
Setelah berdoa, saya katakan agar anaknya dibawa ke lab untuk periksa darah kembali. Cek darah yang dilakukan satu jam setelah doa membawa kemajuan, kadar trombositnya naik menjadi 38.000/µl. Lalu saya doakan kembali dan saya katakan bahwa besok akan pulih sempurna. Keesokan harinya orangtua dari anak yang terkena demam berdarah tersebut menelpon dan memberitahukan kepada saya bahwa trombositnya sudah naik mencapai hasil yang luar biasa: 170.000/µl (sudah normal). Tanpa pengobatan, hanya dengan doa yang disertai iman bahwa TUHAN YESUS yang bangkit itu berkuasa, maka anaknya menjadi sembuh dengan sempurna. Karena saya mengalami kebangkitan bersama YESUS secara pribadi, maka saya dimampukan ALLAH untuk memberikan kesaksian dan menguatkan iman orang lain.
KISAH PARA RASUL 4 : 33
33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan TUHAN YESUS dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
Setelah Maria Magdalena bertemu dengan YESUS dan bersaksi kepada rasul-rasul, malam harinya rasul-rasul bertemu secara pribadi dengan YESUS, sehingga mereka dapat menyebarkan kesaksian tentang kebangkitan KRISTUS. Kuasa kebangkitan yang nyata di dalam hidup orang-orang percaya membuat mereka hidup dalam kasih karunia ALLAH yang melimpah.
Pilihan ada di tangan setiap orang Kristen. Memilih terus melihat ke kubur tanpa menemukan sesuatu yang berarti, atau mengarahkan pandangan kepada YESUS yang telah bangkit dan menerima panggilan-NYA untuk bangkit bersama YESUS? Sekaranglah waktunya bagi kita untuk memilih. Amin
DIAMBIL DARI http://www.tabernakel.org/renungan/?id=04091901

Saturday, 7 April 2012

EASTER MASSAGE


BISHOP’S EASTER 2012 MESSAGE
Christ is Risen! Alleluia!
This year has so far posed as a more difficult year for us in Malaysia. The increasing challenges from the political, social, economic, religious and family arenas are daunting explicitly. It seems that the road we are on is getting tougher each year. The 13 th General Election of the nation is just round the corner though the date has not been fixed. Many observers have said and believed that it is a water shed year for Malaysia. We need to pray earnestly for peace and harmony that no one political group or party or individual that uses ethnic or religious or social issues to create unrest and animosity will win. We are also praying for a fair, clean, peaceful and harmonious nation.
Experiences from what I have learnt from my Turkey visit recently have taught and warned me that we, while discerning and wishing to fulfill God’s Will must not be biased or stubbornly thick-headed by only expecting the ‘so-called Good’ things from God. The early Christians in the first century, many of them are first generation believers, surely had prayed to their God to lift the persecution. They had literally seen many of their brethren thrown into the lions and gladiators as punishment. Their prayers had gone on from generations to generations until liberation came in the fifth century. The few hundred years of persecution first under the Jews and later the Romans had not seen their faith dissipated into vapour instead many great theologians and great early church fathers were products in those periods.
The rapid rising price of commodity against the increase in wages has caused great concerns and difficulties to many households. The inconsistent and bias implementation of policies by some authorities has instilled great fear and hardships upon the communities. The rampant corruption and wastage has paralysed our nation to a great extend. The religious and ethnic extremists have created many night-mares and apprehension for the large majority. Many are asking “Where is God?” and “What is He doing?” The last thing we want to see is that we, the victims, lashing out against and accusing one another thus leading to distrust and fights among each other.
We have our Lord Jesus Christ as model and aspiration to imitate. Yet in His time of uncertainty and struggles, He did not condone nor was he swayed or influenced by the ‘bad’ politics between Pontius Pilate and Herod, or the ugly constant bickering between the Pharisees and the Sadducees, the bully tactics of the money changers and the merchants of sacrificial animals at the Temple, the power struggle within the Sanhedrin, the exorbitant and luxury lifestyle of the tax-collecters like Zacheaus. But He stood with the poor two mite widow, the repentant tax-collector, the persistent widow for justice, the lamed, the lepers, the truth seeker – Nicodemus, the willing believer – Samaritan woman, the willing followers – His disciples and the Seventy, etc.
In the midst of all the complexities, we need to continue to Nurture the Shoots the Lord has given growth by focusing on Jesus and His sacrifice. It was His willing sacrifice that we can have victory even over the adverse circumstances we are in; His kenotic emptying of Himself has initiated in us the fullness of life amidst the slogans of injustice thrown at us everywhere; His total obedience has ushered us into a life of faith irrespective of the outcomes; His unceasing praying life has become our protection and providence in the fast changing world; His clear focus on the Cross has become our Vision for existence; His unconditional Love and Compassion have become our Grace and Hope for ours and our children’s future. Let us not lose heart rather to press on to hope in God.
May this Easter bring you greater commitment to love God, greater passion to love people, and greater joy to serve Him and His creation! Alleluia! 

Saturday, 3 March 2012

The Significance Of Sabah And Sarawak For Malaysian Christians


The Significance Of Sabah And Sarawak For Malaysian Christians

THROUGH much prayer, some pastors and Christian leaders in Sabah and Sarawak have come to believe that there is spiritual significance in the history of these two states. This has prompted a cry for national transformation in their homelands and a call for greater partnership with west Malaysian churches.
Following the Alkitab and "Allah" episodes in 2010 and 2011, Christian leaders in East Malaysia revisited the Sabah 20-point and Sarawak 18-point agreements which both states issued as conditions to Malaya as part of their pact to form Malaysia together. This led to greater understanding and appreciation of God's hand in nationhood development. For instance, what might be God's kingdom perspective on the legacy of the British Brooke family which ruled Sarawak for 105 years? Understanding the Christian influence on the land at that time as a heritage is part of understanding God's plan for Malaysia.
History shows that Sabah and Sarawak formed Malaysia as autonomous entities. Sabah, then known as North Borneo, was a British crown colony after World War II till it attained self-governance on 31 August 1963. Sarawak obtained its independence from Britain on 22 July the same year. When the two states formed Malaysia with Malaya and Singapore, they came to the table as independent entities.
The agreements guarantee Sabah and Sarawak's inherent rights to self-determination and governance. They cover a wide scope of issues to ensure that Sabah and Sarawak have full authority to protect and determine their interests with regards to religion, language, education, immigration, economy and finance, governance and more.
Some Christian leaders see these rights as blessings and responsibilities given by God to Malaysia for His glory. But are these rights still intact? Recent years have seen a growing awareness about corruption which has caused unequal development and wealth inequity among the native tribes, and the extreme poverty that many continue to live in.
With regards to religion, neither Sabah nor Sarawak have a state religion under the agreements. This supposedly ensures their religious freedom. However, more careful research will reveal the erosion of rights under the agreements in religion and several other areas. If we are discerning, we should be able to grasp the implications of the current scenarios:
  • The majority of Malaysia's Christian population come from these two states. What kind of impact will poverty and marginalisation have on the rural native churches there?
  • The freedom of religion in Sabah and Sarawak, as provided under the 18- and 20-point agreements which Malaya's leaders signed, is essential to the survival and growth of the native church in these states. Are Christians there aware of their right to freedom of religion?
  • The strength and future of the Malaysian Church as a whole rests on the shoulders of the native church in Sabah and Sarawak. How will Peninsula Malaysia Christians respond?
It is for these reasons that Jubilee 2012 is important. Community and national revival must first begin with unity of the body of Christ between East and West Malaysia.

Monday, 20 February 2012

Pelayanan PBM

Pengumuman Khas
Pastor Julidin dari DUMC akan melayani kita pada 11 Mac 2012.
Pastor Prashant dari India akan melayani kita pada 18 Mac 2012

Monday, 23 January 2012

Selamat Tahun Baru Cina

Shallom semua. Kami dari warga PBM mengucapkan selamat Tahun Baru Cina kepada semua. Semoga kita terus diberkati. Amen!

Saturday, 14 January 2012

Kristian di Malaysia


Sejarah Kristian di Malaysia

Kemunculan agama Kristian boleh dilihat pada orang Nestoria dan para pedagang di Melaka sebelum penaklukan Portugis pada 1511. British memperolehi Pulau Pinang pada tahun 1786 dan kemudiannya pada tahun 1795, Melaka diambil semula daripada penaklukan Belanda sejak tahun 1641. Paderi-paderi dari Thailand menubuhkan Seminary Major di Pulau Pinang pada 1810. LMS diasaskan di Melaka dan Pulau Pinang sejak tahun 1815, tetapi kebanyakan misi Mazhab Protestant jatuh setelah 1842 apabila ia menjadi kebolehan untuk memasuki China. Kuasa Mazhab Katolik kekal, tetapi dibahagikan di antara Portugis dan Perancis.
Menteri buka Brethren dates dari 1860 dan Methodist dari 1885. Presbyterianisme membesar melalui gereja-gereja Cina di Johor dan jemaah orang asing di Pulau Pinang, Ipoh dan Kuala Lumpur. Misi ke puak asli Sengoi bermula pada 1932. Pentecostalisme menjadi sebuah pengaruh lebih besar melalui Gerakan Charismatic pada 1970an, tetapi mubaligh Amerika Utara but dan Ceylon telah menjadi aktif dari 1935.
Pendatangan adalah sebuah faktor utama pada pembesaran gereja. Di Sabah, Misi Basle bermual bekerja dikalangan pendatang Cina Hakka pada 1882, yang kebanyakan mereka Kristian. Pendatang Tamil ke Malaya termasuk Katolik, Lutheran, Anglican dan Methodist. Pendatangan bertambah setelah Pemberontakan Boxer, terutamanya ke Sitiawan dan Sibu, masih kuat pusat-pusat still Methodist Cina. Gereja Mar Thoma dan Syrian Orthodoks telah ditubuhkan pada 1930an mengikuti pendatangan dari Pantai Kerela di India.
Di Sarawak pemerintahan Raja Brooke termasuk penyokongan untuk seorang menteri Anglican dari 1847 dan Katholik kemudiannya dibenarkan. Pada 1928 Misi Evangelical Borneo Australia, bermula untuk bekerja dengan sumber-sumber modest yang nevertheless menghasilkan gereja penduduk asli terbesar di Malaysia, SIB.
Gereja Lutheran Zion di BrickfieldsKuala Lumpur, didirikan pada 1924.
Perang Dunia II melihatkan kebuangan keketuaan orang asing dan sebuah jalan terhadap sebuah gereja orang asli telah diset lebih jelasnya. Malayan Christian Council (MCC), ditubuhkan pada 1948, coordinated mission groups sewaktu Kecemasan Malaya. Orang Cina ditempatkan ke dalam "Pekampungan Baru" dikhidmatkan oleh para mubaligh, kadangkala bekas-China, yang bekerja bersama Kristian tempatan dalam kerja perubatan dan kemasyarakatan. Walaubagaimanapun setetal merdeka pada 1957, banyak gereja sangat overdependent dengan orang asing. Pada 1970an gereja-gereja mengembangkan struktur-struktur berdikari Singapura dan juga penyokongan orang asing. Pembesaran baru pada gereja-gereja berdikari adalah satu ladi tanda keingingan untuk menubuhkan suatu pengenalan Kristian Malaysia.
Tanggungan Kristian pada pendidikan telah menjadi kuat melalui sekolah Anglican, Katolik dan Methodist, sekarangnya sebahagian sistem pendidikan kerajaan. Social concern diexpress melalui kerja perubatan, dan pertubuhan-pertubuhan seperti Malaysian CARE. Salvation Army dan YMCA/YWCA membuat penyumnbangan distinctive.
Sejak 1983 National Evangelical Christian Fellowship (NECF) telah memberikan suatu fokus untuk jemaah evangelical dan berdikari. Christian Federation of Malaysia incorporating the Christian Council of Malaysia (formerly MCC), Roman Catholics, dan NECF telah ditubuhkan pada 1986. Sabah Council of Churches dan Persatuan Gereja Sarawak fulfill similar functions di Malaysia Timur.
Malaysia adalah sebuah konteks berbagai agama di mana Western theological preoccupations tidak sentiasa relevan. Lay leadership telah mengembangkan secara kuat di kebanyakan gereja. Walaupun ada banyak cabaran melalui pengakibat politik dan ekonomi berturakan, sepeti Malaysia sendiri, gereja-gereja telah bermula melihat bahawa mereka telah menyumbang untuk membuat suatu peringkat yang lebih besar.

Komuniti Anglikan


Komuni Anglikan adalah afiliasi sedunia dari Gereja-gereja Anglikan. "Gereja Anglikan" selalu mempunyai otoritas yuridis yang universal, karena setiap gereja nasional atau regional mempunyai otonomi yang penuh. Seperti yang tersirat dari namanya, Komuni Anglikan adalah asosiasi dari gereja-gereja ini yang memiliki komuni penuhatau persekutuan dengan Gereja Inggris (yang dapat dianggap sebagai "gereja induk" dari komuni sedunia, dan secara khusus dengan primatnyaUskup Agung Canterbury. Dengan lebih dari 70 juta anggotanya, Komuni Anglikan adalah komuni terbesar ketiga di dunia, setelah Gereja Katolik Roma dan Gereja-gereja Ortodoks Timur.
Status komuni penuh berarti bahwa semua ritus yang diselenggarakan di sebuah gereja diakui oleh yang lainnya. Beberapa dari gereja-gereja ini dikenal sebagai Anglikan, yang secara eksplisit mengakui hubungannya dengan Inggris (Ecclesia Anglicana berarti "Gereja Inggris"); yang lainnya, seperti mislanya Gereja Episkopal di Amerika Serikat dan Gereja Episkopal Skotlandia, atau Gereja Irlandia, lebih suka menggunakan nama yang lain. Masing-masing Gereja mempunyai doktrin danliturginya sendiri, yang pada umumnya didasarkan pada doktrin dan lilturgi Gereja Inggris. Masing-masing Gereja juga mempunyai proses legislatifnya serta peraturan episkopalnya sendiri, di bawah kepemimpinan seorang primat setempat.

Monday, 9 January 2012

KERJASAMA SEPASUKAN


AKRAWALA: TIM KERJA KRISTEN

Salah satu contoh terbaik tentang tim kerja Kristen tertulis dalam 1
Korintus 12. Paulus memberi tahu kita bahwa kita semua adalah bagian
dari satu tubuh dalam Kristus. Tidak masalah dari mana kita berasal
atau apa yang kita lakukan sebelum kita menjadi Kristen. Sekarang,
kita sudah menjadi satu tubuh Kristus. Hal ini memang benar dalam dua
hal. Pertama, semua orang Kristen terikat bersama. Kemudian, dalam
komunitas gereja kita pun terikat bersama.

Saat kita berkumpul bersama dan bekerja dengan orang-orang dari latar
belakang berbeda-beda, kita tahu bahwa kita tidak diciptakan sama
semua. Beberapa dari kita adalah orang-orang yang keras dalam
memperingatkan dan selalu berada di depan banyak orang sambil berkata
"ikutlah aku". Beberapa orang tenang dan menunggu perintah, serta
bersedia bekerja jika tidak dilihat orang lain. Akan tetapi,
dinamikanya tidak berhenti di situ. Orang-orang yang memimpin unggul
dalam banyak hal, orang-orang yang bekerja di balik layar pun unggul
dalam banyak hal. Dari fakta ini kita mendapati orang-orang yang
merasa tertinggal. Barangkali beberapa di antara kita yang memimpin,
percaya bahwa setiap orang mampu melakukan dengan tepat apa yang kita
lakukan. Jika demikian, bagaimana kita mengatasi konflik antara
karunia dan talenta ini?

Pertama, kita perlu menyadari bahwa kita semua tidak memiliki karunia
yang sama. Paulus mengatakan kepada kita dalam 1 Korintus 12:1-11
bahwa kita semua memiliki karunia yang berbeda-beda dan karunia-
karunia tersebut akan digunakan dengan cara yang berbeda-beda. Jika
Anda seorang atlet, Anda seharusnya tidak menganggap setiap orang
adalah atlet. Apabila Anda dapat bernyanyi, Anda seharusnya tidak
berpikir bahwa setiap orang harus bergabung dalam paduan suara. Ketika
kita menyadari bahwa setiap orang diberikan talenta dan karunia yang
berbeda-beda, kita dapat bekerja bersama-sama dengan lebih baik.

Kedua, kita harus memahami bahwa kita semua diciptakan berbeda. Allah
tidak menciptakan masing-masing dari kita dalam keadaan yang sama.
Dalam ayat 12-13, Paulus mengingatkan kita bahwa kita semua berasal
dari latar belakang dan kebangsaan yang berbeda-beda. Hal ini berarti
bahwa kita semua memiliki sistem nilai yang berbeda-beda. Orang-orang
Kristen baru harus diperlakukan dengan sikap hormat yang lebih besar,
karena mereka biasanya tidak tahu bahwa apa yang mereka katakan atau
apa yang mereka lakukan tidak diterima oleh anggota kelompok. Latihlah
mereka dalam situasi lain di luar kelompok, bukan di tempat yang sama.

Terakhir, jangan mengeluh dan menyerah. Ayat 14-26 membahas
orang-orang yang suka mengeluh dan mudah menyerah dalam mengerjakan
tugas. Pertama, kita melihat orang-orang yang tidak mendapatkan cukup
perhatian dan memutuskan bahwa mereka ingin berhenti. Kita semua
berada dalam situasi ini bersama-sama dan tidak setiap orang akan
mendapatkan pujian yang sama. Kedua, kita melihat orang-orang yang
menertawakan orang lain. Hal ini tidak perlu kita lakukan di dalam
kehidupan Kristen. Saat Anda atau orang lain dalam tim Anda memutuskan
bahwa dia lebih penting, ingatkanlah orang itu bahwa kita harus
bersukacita dengan mereka yang bergembira dan berduka dengan mereka
yang menderita. Satu tubuh harus melekat bersama untuk mengerjakan
tugas Allah.

Ayat 27 sampai terakhir menunjukkan pada kita bahwa ada
tingkatan-tingkatan dalam gereja dan para pemimpin harus dihormati.
Ketika seorang pemimpin jatuh, dia seharusnya tidak memimpin. Namun,
jika hal itu terjadi, bukanlah bagian orang Kristen untuk mengeluh.
Bagian orang Kristen adalah bekerja untuk kemuliaan Allah. (t/Setya)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Pinnaclebalance
Alamat URL: http://pinnaclebalance.com/2009/07/christian-teamwork/
Judul asli artikel: Christian Teamwork
Penulis: Steve Crenshaw
Tanggal akses: 11 November 2011

Sunday, 8 January 2012

Kebaktian pertama PBM 2012

Shallom. Kebaktian pertama PBM untuk tahun 2012 akan diadakan pada hari ini 8 januari 2012. PBM akan mengadakan kebaktian setiap ahad 2 : 00 petang. Marilah datang bersama-sama dengan kami ya.